Pembelajaran Bahasa Indonesia di Program Studi Sastra Indonesia UAD Antara Realita dan Harapan

Ani Yuliati

Abstract


Tulisan ini adalah sekelumit pengalaman mengajar mata kuliah Bahasa Indonesia di Program Studi Sastra Indonesia UAD Yogyakarta di masa pandemi Covid-19. Seperti diketahui bersama bahwa materi kuliah Bahasa Indonesia untuk kalangan mahasiswa relatif tetap. Dapat dikatakan sebagian besar materi sudah pernah diajarkan di jenjang sekolah sebelumnya. Namun demikian, kemampuan mahasiswa sepertinya juga masih memprihatinkan. Mengapa hal ini dapat terjadi? Perlu pengamatan dari berbagai sudut pandang, agar permasalahan yang muncul dapat diatasi. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode kualitatifdeskriptif dengan cara mendeskripsikan pembelajaran bahasa Indonesia yang telah dilakukan di Prodi Sastra Indonesia pada semester gasal 2020/2021 dan 2021/2022. Analisis data diutamakan pada hasil tulisan mahasiswa dan kesan secara umum tentang bahasa Indonesia dari mahasiswa. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa mahasiswa lebih menyukai materi yang informal. Maksudnya, mahasiswa cenderung lebih mudah menulis bentuk tulisan seperti pengalaman lucu atau pengalaman yang pernah dialaminya sehari-hari. Bertolak dari tugas-tugas tersebut dosen dapat membuat kelompok diskusi untuk membahas kata-kata tidak baku, penulisan yang menyalahi ejaan, pemakaian huruf kapital, kalimat yang tidak efektif, dan paragraf yang kurang baik. Di lain pihak, ketika tugas berupa opini berkaitan dengan berbagai peringatan hari besar, seperti hari bumi, hari lingkungan, dan sebagainya para mahasiswa cenderung lebih susah mendeskripsikan pendapat atau pengalamannya dan beberapa orang memilih jalan pintas copypaste dari internet.

 

This paper is a bit of experience teaching Indonesian courses at the Indonesian Literature Study Program of UAD Yogyakarta during the Covid-19 pandemic. As is well known, the Indonesian language course material for students is relatively fixed. It can be said that most of the material has been taught at the previous school level. However, the ability of students seems to be still a concern. Why does this happen? It is necessary to observe from various points of view, so that problems that arise can be overcome. The method used in this article is a qualitative-descriptive method by describing the Indonesian language learning that has been carried out in the Indonesian Literature Study Program in the odd semesters of 2020/2021 and 2021/2022. Data analysis is prioritized on the results of student writing and general impressions about the Indonesian language from students. Observation results show that students prefer informal material. That is,students tend to find it easier to write funny experiences or experiences that they have experienced on a daily basis. Starting from these tasks, the lecturer can create discussion groups to discuss non-standard words, writing that violates spelling, use of capital letters, sentences that are not effective, and paragraphs that are not good. On the other hand, when the assignment is in the form of an opinion related to various holiday celebrations, such as Earth Day, Environment Day, and so on, students tend to find it more difficult to describe their opinions or experiences and some students choose to just copy and paste it from the internet.


Keywords


pembelajaran;bahasa indonesia;prodi sastra indonesia

Full Text:

PDF

References


Widjono. (2007). Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Gramedia

Peraturan Presiden Nomor 63 tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia

Permendikbud Nomor 42 Tahun 2018 tentang Kebijakan Nasional Kebahasaan dan Kesastraan

https://dishub.kukarkab.go.id/pages/daftar-hari-hari-besar-nasional-daninternasional




DOI: https://doi.org/10.24176/pibsi.v43i1.219

Refbacks

  • There are currently no refbacks.