Panggung Ngepringan: Media Baru Pelestarian Folklor di Kampung Budaya Piji Wetan Kudus
Abstract
Folklor merupakan salah satu bentuk kesusastraan lisan tradisional yang banyak tersebar di Indonesia, tetapi generasi milenial sering tidak melestikannya. Hal ini terjadi karena terputusnya pewarisan cerita rakyat dari generasi ke generasi secara lisan. Juga pengemasan cerita rakyat yang monoton membuat generasi milenial tidak tertarik. Melihat kegelisahan ini Kampung Budaya Piji Wetan Kudus menyelengagrakan Panggung Ngepringan untuk melestarikan folklor di kampung tersebut. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan: (1) latar belakang berdirinya Panggung Ngepringan di Kampung Budaya Piji Wetan Kudus, (2) program kerja Panggung Ngepringan ini, dan (3) revitalisasi folklor yang dilakukan oleh panggung Ngepringan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data berupa informasi tentang Panggung Ngepringan di Kampung Budaya Piji Wetan Kudus. Sumber data diambil dari informan (masyarakat), peristiwa pertunjukan, dan dokumen. Teknik pengambilan data dengan wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik analisis data dengan teknik interaktif. Hasil penelitian ini sebagai berikut. (1) Panggung Ngepringan ini merupakan pagelaran kebudayaan yang berlangsung di Kampung Budaya Piji Wetan untuk masyarakat umum sekitar Kudus dan khususnya masyarakat lereng Muria (2) Panggung ngepringan merupakan bagian dari program kegiatan kebudayaam di Kampung Budaya Piji Wetan yang menampilkan pagelaran budaya yang berasal dari folklor di desa sekitar lereng Muria (3) Kampung Budaya Piji Wetan melakukan revitalisasi folklor dengan pagelaran budaya dan festival bahasa dengan nama Panggung Ngepringan. Pagelaran yang diangkat dari cerita rakyat dan mitos-mitos yang dimiliki setiap desa. Penelitian ini membahas mengenai Panggung Ngepringan dan upaya revitalisasi budaya yang dilakukan oleh Kampung Budaya Piji Wetan.
Folklore is a form of traditional oral literature that is widely spread in Indonesia, but the millennial generation often does not preserve it. This happened because of the discontinuity of the oral folklore inheritance from generation to generation. Also the monotonous packaging of folklore makes the millennial generation not interested. Seeing this anxiety, the Kampung Budaya Piji Wetan Kudus held a Ngepringan Stage to preserve the folklore in the village. The aims of the study were to describe: (1) the background of the establishment of the Ngepringan Stage in the Kampung Budaya Piji Wetan Kudus, (2) the work program of the Ngepringan Stage, and (3) the revitalization of folklore carried out by the Ngepringan stage. This type of research is descriptive qualitative research. The data is in the form of information about the Ngepringan Stage in the Kampung Budaya Piji Wetan Kudus. Sources of data are taken from informants (community), performance events, and documents. Data collection techniques with interviews, observations, and document analysis. Data analysis techniques with interactive techniques. The results of this study are as follows. (1) The Ngepringan stage is a cultural performance that takes place in the Kampung Budaya Piji Wetan for the general public around Kudus and especially the Muria slope community (2) The Ngepringan stage is part of the cultural activity program in the Kampung Budaya Piji Wetan which features cultural performances originating from folklore. in the village around the slopes of Muria (3) Kampung Budaya Piji Wetan revitalized folklore with cultural performances and language festivals under the name Panggung Ngepringan. Performances based on folklore and myths owned by each village. This study discusses the Ngepringan Stage and the cultural revitalization efforts carried out by the Kampung Budaya Piji Wetan.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Al-Ma’ruf, Ali Imron dan Farida Nugrahani. (2019). Pengkajian Sastra Teori dan Aplikasi. Surakarta: CV. Djiwa Amarta Press.
Amin, I., R, S., & Ermanto. (2019). Cerita Rakyat Penamaan Desa di Kerinci: Kategori dan Fungsi Sosial Teks. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Danandjaja, James. (1994). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lainlain. Jakarta: Grafiti.
Gusnetti, dkk. (2015). “Struktur dan Nilai-nilai Pendidikan dalam Cerita Rakyat Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat”. Jurnal Gramatika. 1(2): 183-192.
Hutomo, Suripan Sadi. (1991). Mutiara Yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: HISKI.
Sudaryanto, Hermanto, dan Gustiani. (2019). “Media Sosial sebagai Sarana Pembinaan Bahasa Indonesia di Era Digital. Jurnal Bahasa. 8(4): 61-74.
Wiyoto, Ribut. (2009). Kondisi Postmodern Kesusastraan Indonesia. Surabaya: Dewan Kesenian Jawa Timur
Leoni, T. D., & Indrayatti, W. (2018). Muatan Kearifan Lokal Dalam Cerita
Rakyat Kepulauan Riau. Jurnal Kiprah, 5(2), 61–80. https://doi.org/10.31629/kiprah.v5i2.308
Wahyuni, D. (2017). Festival Menongkah: Revitalisasi Budaya dan Bahasa Duanu Menuju Industri Kreatif. Kapata Arkeologi, 13(2), 163.
https://doi.org/10.24832/kapata.v13i2.407
Wetan, Kampung Budaya Piji Wetan. (2021). “Legenda Pakis Aji ‘Kayu Naga Muria’”. Tersedia (Daring), https://youtu.be/aaWtH6vA010, diakses pada 19 September 2021, pukul 12.30 WIB.
Wetan, Kampung Budaya Piji Wetan. (2020). “Legenda Belik Ngecis Sunan Muria”. Tersedia (Daring), https://youtu.be/5p4ndV5TCKg, diakses pada 19 September 2021, pukul 22.00 WIB.
DOI: https://doi.org/10.24176/pibsi.v43i1.218
Refbacks
- There are currently no refbacks.